Senin, 22 Oktober 2012

Blekothek "Ngrukti Wiji"



Hari Pangan Sedunia, Nglestareake Pangan Lokal
Wiji (benih/biji) adalah simbol kehidupan. Dialah sang penerus kehidupan. Melalui wiji, Allah memberikan tanda Maha KuasaNya. Sekecil apapun biji, itulah keindahan yang harus dimengerti oleh manusia.
 “Membangun kecukupan pangan bagi semua” adalah tema Hari Pangan Sedunia Komisi PSE KWI. Bagaimana umat Paroki Promasan (umat katolik desa) memaknai HPS tahun 2012? Umat Katolik Paroki Promasan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani melaksanakan Ibadah Ekaristi dilanjutkan festival makanan tradisional di kompleks Peziarahan Goa Maria Sendang Sono, Minggu Pon 21 Oktober 2012. Dipegunungan Menoreh masih banyak sumber pangan lokal. Kelestariannya tergantung dari pola konsumsi yang dibangun dimasyarakat, termasuk upaya merawat benih sebagai simbol kehidupan. Tanpa Ngrukti Wiji (Bahasa Jawa Ngrukti: memelihara dengan hati, wiji: biji), akan terancam sumber pangan manusia. Melestarikan pangan Lokal demikian Nglestareake Pangan lokal (Bahasa Jawa; nglestareake = melestarikan) dapat diartikan. Ngrukti Wiji, menjadi bagian tak terpisahkan dari Nglestareake Pangan Lokal. Sebelumnya telah dilaksanakan sarasehan Tani “Nglestarekke Pangan Lokal”, Karang Harjo, Minggu Wage, 07 Oktober 2012.
Pagi yang mendung, redup, seakan memberi kesempatan umat segera bergegas menuju lokasi. Di sebelah selatan Goa Maria, tepatnya di pelataran depan Sekretariat Peziarahan Sendang Sono didirikan tenda lengkap dengan 26 meja sesuai dengan jumlah lingkungan yang ada di Paroki Promasan. Satu persatu meja mulai dipenuhi dengan sajian makanan tradisional dengan menu nasi jagung, tiwul, aneka sayur, lauk sederhana, tempe dan ikan asin. Secara suadaya umat dilingkungan mempersiapkan menu pesta HPS setelah Misa usai.
Komunitas Blekothek memainkan alat musik dari barang-barang bekas.
Komunitas Blekothek (Komunitas musik alternatif) Sekolah Dasar Kanisius Kenalan mengawali rangkaian peringatan HPS (pra Misa) dengan pentas lakon “Ngrukti Wiji”. Walau  pagi nampak mendung, tidak menyurutkan Komunitas Blekothek untuk melakoni pentas musik dan teaternya. Darasan kidung Macapat mulai dilantunkan dan semakin indah karena diiringi dengan siter dan seruling bambu. Kaleng bekas hasil pilah sampah, kenthongan bambu, drum bekas di padu dengan teater anak menjadikan Sendang Sono semakin sejuk di kalbu. Lirik lagu bernuansa jawa, mengajak umat ‘gumregah (bahasa Jawa; bangkit) mencintai benih sebagai ujud nyata melestarikan pangan. Sentuhan kata dari bibir mungil mereka mengingatkan kembali betapa harus tulus memelihara alam dengan hati, penuh keikhlasan supaya lestari. “Biji itu sumber kehidupan, maka harus dilestarikan” tutur Depsi (10) murid kelas 4 memberikan kata penutup dalam teater yang berdurasi hampir satu jam tersebut.
Pesan misa HPS yang dipimpin oleh Rama Antonius Wahadi, Pr dan konselebran Rama Agustinus Ariawan, Pr dituturkan “hidup itu gogo gogo golek sego perlu keseimbangan antara mencari penghidupan dibarengi iman. Tandasnya lagi “ sebagai bentuk pertobatan kita, maka kita harus melestarikan alam.” Misa HPS disemarakkan oleh Paduan Suara OMK (Orang Muda Katolik) Paroki Promasan. Dekorasi berbahan dasar hasil bumi jagung, ketela, kimpul, mbili, mbolo, suweg, aneka buah buahan menambah Misa syukur HPS menjadi semakin bermakna.
Setelah Misa HPS tahun 2012, Rama Antonius Wahadi, Pr dan Rama Agustinus Ariawan, Pr bersama murid-murid SD Kanisius Kenalan melakukan pelepasan 10 ekor burung Kutilang, dan beberapa jenis ikan si sungai di bawah Goa Maria Sendang Sono. Hal sederhana ini ingin menandai sebagai bentuk pertobatan manusia untuk lebih mencintai bumi dengan perilaku manusiawinya. Sementara di seberang sungai ribuan umat yang hadir baik dari desa ataupun dari kota semua berpesta, berbagi makanan tradidional, kembul bojana (makan bersama).
Peringatan Hari Pangan Sedunia bukanlah sekedar rutinitas pesta, melainkan “bagaimana setiap orang mewujudkan pertobatannya” seperti teladan dan nilai spiritualitas Maria. Orang Tua, semua orang saling menanamkan nilai hidup lestari bagi sesama, terlebih bagi anak-anak sebagai penerus kehidupan.
(dituliskan oleh Frans. Fri Harna,).




Jumat, 17 Februari 2012

sekolah Berwawasan Lingkungan


SD Kanisius Kenalan berada dalam wilayah Paroki Promasan. Letaknya adalah persis di garis perbatasan antara Kulon Progo Yogyakarta dan Kecamatan Borobodur-Kabupaten Magelang. Selama 4 tahun terakhir ini, SD Kenalan telah berusaha keras untuk meningkatkan kemampuan SD ini untuk menjawab tantangan pendidikan, sekaligus tantangan situasi sosial-ekonomi di wilayah pedesaan di sekitar SD. SD Kanisius Kenalan telah menghasilkan pemuka masyarakat dan Gereja. Tantangan saat ini adalah bagaimana tetap ada murid-murid yang terus menjadi bagian dari peran pendidikan SD Kanisius Kenalan. Murid-murid SD Kanisius berasal dari keluarga petani. Para pendidik SD Kanisius Kenalan terus berusaha supaya anak-anak pedesaan Kenalan tetap menjadi bagian dari pendidikan SD Kanisius Kenalan, dan tidak menyusut baik dalam jumlah murid dan dalam peran pendidikan.