Senin, 23 September 2013
SABA KEBON
SD Kanisius Kenalan memaknai Hari Tani yang jatuh pada tanggal 23 September dengan mengadakan pembelajaran "Saba Kebon." Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 19 Setember 2013 di Promasan. Kegiatan ini diikuti cantrik kelas 2 dan kelas 4. Pukul 07 pagi cantrik sudah selesai berkemas dan mendengarkan pengantar singkat dari Ibu Santi (Guru kelas 2) dan Bapak Aris (Guru kelas 4).
Keceriaan, semangat cantrik dipagi itu menjadi harapan baru akan terbentukknya karakter ksatria baru. semua bergegas menaik mobil sekolah agar kegiatan itu berlangsung efektif (waktu tidak terbuang sia-sia). kurang lebih setengah jam akhirnya sampai ditempat yang dituju.
Dan pembagian tugas pun berlangsung semangat. Sebagian cantrik bergabung dalam kelompok merah dan sebagian lagi masuk dalam kelompok putih. "Anak-anakku, kelas 4 nanti akan dipandu oleh Bapak Aris, dan bagi kelas dua nati bersama saya" ujar Bu Santi lugas. Nampaknya cantrik-cantrikpun semakin tidak sabar untuk segera memasuki lokasi persawahan.
Pak Aris mengajak cantrik kelas 4 melihat, mengamati berbagai macam tanaman dan tumbuhan yang ada di sawah. Form LKS itu perlahan mulai penuh satu halaman. Cantrik sangat senang.
Kelas 2 bersama Bu Santi juga melakukan pengamatan binatang air, tumbuhan. Cantrik diajak untuk mengamati makhluk hidup yang dijumpainya. "Kalau siput itu berjalan dengan apa to? kakinya tidak kelihatan?".....
jam 10 pagi, Felix murid kelas 4 memimpin doa makan. seperti biasa tanpa dikomando cantrik saling berbagi bekal makanan.
Saba Kebon diakhiri dengan melakukan tabur pupuk yang telah cantrik bawa dari rumah dilokasi persawahan.
Semoga cantrik semakin memaknai hidup dengan cinta lingkungan. Dan semoga ada yang tertarik menjadi petani sebagai saka guru bangsa.
Frans,
Senin, 26 Agustus 2013
GeMATi. Gerakan Mengasuh Anak peTani
Pertemuan GeMATi Zona Kerug, Minggu 25 Agustus 2013 |
Gemati
Gerakan Mengasuh
Anak Tani
SDK Kenalan
Petani di
daerah pegunungan mempunyai tantangan serius dalam proses produksi. Seperti di
Perbukitan Menoreh, dalam penggarapan lahan, petani sangat bergantung pada
musim penghujan. Pada musim kemarau, ketersediaan air hanya cukup untuk
kebutuhan minum. Faktor alam ini sangat
berpengaruh pada cara dan pola bertani.
Semakin
sempit lahan yang dimilikinya, petani cenderung mencari pekerjaan lain sebagai
tambahan penghasilan. Hasil pertanian belum dapat diandalkan untuk membiayai
pendidikan anak. Keterbatasan sumber daya orang tua sangat berpengaruh pada
tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan.
Keterbatasan
situasi sosial ekonomi masyarakat menjadi tantangan khusus dalam mencipta formatio pendidikan anak petani. Dalam proses itu, perhatian penuh pada anak (cura personalis) menjadi bagian penting.
Perhatian itu
diwujudkan dengan kegiatan pengembangan diri; Bimbingan Konseling (BK),
Kegiatan Pengembangan diri (ekstrakurikuler), dan pembiasaan. BK pada anak
ditekankan pada upaya mendorong perkembangan kepribadian anak.
Orang Tua, Anak, Sekolah, Gematier bersambung rasa |
Kegiatan
ekstrakurikuler meliputi kegiatan menulis (Lintang
Menoreh), pertanian (Wiji Thukul),
seni perkusi (Blekothek), estetika (Kembang Latar), kelompok doa Guyub Maryam, kewirausahaan (Koped), Pramuka, seni tari, dan
jathilan. Kegiatan-kegiatan itu dikoordinir melalui Republik Anak Kenalan
(RAK), suatu organisasi siswa. Pendidikan dalam dan melalui komunitas diharapkan lebih
efektif dalam membangun karakter anak yang tangguh.
Di samping
itu, pembiasaan pada anak dibangun setiap saat dalam pembelajaran dan kegiatan
di sekolah. Pembiasaan yang dilakukan antara lain : gemar baca-tulis-hitung,
forum anak, tugas menteri, ziarah, peringatan hari-hari nasional atau
internasional, dan lain-lain yang mendukung perkembangan akademis dan non
akademis anak. Kasih, disiplin, cerdas, berani, dan kejujuran adalah
nilai-nilai yang mendasarinya.
Gemati
Kontak Penghubung
Gemati:
1. KeRAK Yogyakarta : Maria Theresia Dewayani Retno Indarti,
HP:
081578838386
2. SDK Kenalan: Yosef Onesimus
Maryono,
HP : 081578187074,
Sabtu, 17 Agustus 2013
GERANGGANG KEMERDEKAAN
Geranggang Kemerdekaan
Kita patut meneladani para pejuang yang tidak kenal
menyerah untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka menggunakan senjata
sederhana berupa geranggang (bambu runcing). Demikian disampaikan oleh
Eva Andarini (12) selaku presiden Republik Anak Kenalan (RAK) melalui pidatonya
dalam upacara bendera untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik
Indonesia ke-68 dan 6 tahun lahirnya RAK pada Sabtu (17/8) di halaman sekolah
SD Kanisius Kenalan, Kenalan, Borobudur, Magelang.
Dalam upacara bendera itu, semua peserta membawa
geranggang yang telah mereka siapkan sehari sebelumnya di rumah. Selain geranggang sebagai tanda khusus dalam
peringatan ini, baju yang dikenakan adalah baju batik atau kebaya. Bahkan tidak
sedikit siswa yang mengenakan sarung atau peci. Sejumlah 60 siswa, 6 guru, dan
beberapa relawan sekolah penuh hikmat mengikuti upacara sederhana
anak–anak bukit Menoreh di perbatasan
kabupaten Magelang dan Kulon Progo.
Geranggang sengaja diangkat dan dihadirkan dalam peringatan ini.
Di samping untuk mengenalkan senjata tradisional kepada anak-anak, kita akan
mengungkap nilai kesederhanaan dan semangat juang rakyat
dalam membela bangsa Indonesia. Demikian dikatakan oleh Simus Maryono
(37) salah satu guru SDK Kenlan. “Dari kata geranggang,
dapat diurai kata gagah, berani, dan bangga sebagai anak bangsa Indonesia”,
tegasnya.
Untuk memaknai kemerdekaan kali ini,
selain mengangkat dan menghadirkan geranggang, siswa-siswi SD Kanisius
Kenalan juga melakukan aksi memunguti
sampah anorganik (plastik, kain, kaca) di sepanjang jalan menuju ke sekolah.
Mereka terbagi dalam 6 kelompok wilayah. Dari aksi sederhana ini terkumpulah tiga
karung dan delapan kantong plastik
sampah.
Di tengah situasi bangsa saat ini, kita diajak untuk
tetap gagah berani dan bangga menjadi warga Negara Indonesia. Dengan dasar
itulah kita melakukan aksi nyata meskipun sederhana demi masa depan bangsa
Indonesia yang lebih baik.
Kang Simus,
Selasa, 13 Agustus 2013
Rabu, 15 Mei 2013
Jago panjalu
Kukuruyuuuuuukkk………..
kukuruyuuuuukkkk…………….
Swara jago padha
sesautan sajak nggugah titah kang isih énak kepénak. Dasar hawané rada adem,
dadi énak yen menawa awaké dikemuli slimut. Jago panjalu wis tangi watara
ngarepké subuh mau. Sang jago mau mangerti Manawa ing dina iki déwéké kudu
nindhakaké pegawéan, yaiku nggugah lan ngelingaké kabéh titah Manawa dina bakal
gumanti padhang. Babon-babon uga terus padha ngelèkkè mripat. Kruk-kruk-kruk..
babon pitik nggugah anakè kang isih kangeten ndhesel ing kèléking swiwi baboné.
Anaké pada nyauri piyèk-piyèk-piyèk, “wah wis èsuk ta iki…..” gunemè temurun
mau.
Esuk umun-umun,
dina peteng repet-repet. Katon iring wètan ono werno semburat koyo semongko
sinigar. Soyo suwè saya cetho, semongko sinigar mau dadi abang , rasanè anget
semlenget luwih anget katimbang kemul slimut ing bengi iki. Hawa seger mrambat
plong ing bolonganing irung dadia meger-meger.
“Wela dalahhh….”
Aku mak grigap tangi krungu ana swara lawang digedor ping bola-bali. Nadyan
isih kabotan tlapukan mripat iki, aku kepeksa tangi. “Sapa ta èsuk-èsuk wis ndhodhak-ndhodhok
nggedhori lawang omah ki ?” gunemku grundhelan mbari ngangkat tangan sakawaku. Rada
ngethuk aku jumangkah tumuju ing asaling swara mau. Lawang terus tak buka
alon-alon. “Kowè to thuk…”pitakonku marang pitik sing ana ngarepan lawang. Wis
dadi padatan saben dina si jago panjalu, babon pitik karo temurunè pada njaluk
sarapan èsuk. Gagè aku mlebu omah njupuk cething isi sega wadhang turahanè
genduren wingi sorè. Wah peneran, dasar seganè rada anyep kena nggo pakan pitik. Pitikè nganti ora sabar terus nututi
aku mlebu omah. Ngerti aku nyangking cething, terus pating klabruk, nglunjaki
cething sing dak gawa.
Karo rebutan, malah
ana sing mendheli kancane dhèwè merga pengin oleh pangan sing akéh.
Aku matur nuwun
banget amarga jago panjalu wis nggugah aku, malah luwih saka iku. Aku di ajari
kudu duwe semagat ora wegah, seko ora wegah tangi esuk terus makaryo luru tègeling
kètèl sing ora tau kebak…..
welingé
Simbah:
putu
angger…. Menungsa ngono diwajibaké makaryo.
Ngudi
ngèlmu kanggo genepping jiwa lan srana.
Mula
aja nganti kalah karo tangining si blorok.
Fr. Ans
Padeprokan Karsa
Jati.COM
Langganan:
Postingan (Atom)