Senin, 26 Agustus 2013

GeMATi. Gerakan Mengasuh Anak peTani

Pertemuan GeMATi Zona Kerug, Minggu 25 Agustus 2013


Gemati
Gerakan Mengasuh Anak Tani

SDK Kenalan


Petani di daerah pegunungan mempunyai tantangan serius dalam proses produksi. Seperti di Perbukitan Menoreh, dalam penggarapan lahan, petani sangat bergantung pada musim penghujan. Pada musim kemarau, ketersediaan air hanya cukup untuk kebutuhan minum.  Faktor alam ini sangat berpengaruh pada cara dan pola bertani.

Semakin sempit lahan yang dimilikinya, petani cenderung mencari pekerjaan lain sebagai tambahan penghasilan. Hasil pertanian belum dapat diandalkan untuk membiayai pendidikan anak. Keterbatasan sumber daya orang tua sangat berpengaruh pada tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan.

Keterbatasan situasi sosial ekonomi masyarakat menjadi tantangan khusus dalam mencipta formatio pendidikan anak petani.  Dalam proses itu, perhatian penuh pada anak (cura personalis) menjadi bagian penting.

Perhatian itu diwujudkan dengan kegiatan pengembangan diri; Bimbingan Konseling (BK), Kegiatan Pengembangan diri (ekstrakurikuler), dan pembiasaan. BK pada anak ditekankan pada upaya mendorong perkembangan kepribadian anak.
Orang Tua, Anak, Sekolah, Gematier bersambung rasa
Kegiatan ekstrakurikuler meliputi kegiatan menulis (Lintang Menoreh), pertanian (Wiji Thukul), seni perkusi (Blekothek), estetika (Kembang Latar), kelompok doa Guyub Maryam, kewirausahaan (Koped), Pramuka, seni tari, dan jathilan. Kegiatan-kegiatan itu dikoordinir melalui Republik Anak Kenalan (RAK), suatu organisasi siswa. Pendidikan dalam dan melalui komunitas diharapkan lebih efektif dalam membangun karakter anak yang tangguh.
Di samping itu, pembiasaan pada anak dibangun setiap saat dalam pembelajaran dan kegiatan di sekolah. Pembiasaan yang dilakukan antara lain : gemar baca-tulis-hitung, forum anak, tugas menteri, ziarah, peringatan hari-hari nasional atau internasional, dan lain-lain yang mendukung perkembangan akademis dan non akademis anak. Kasih, disiplin, cerdas, berani, dan kejujuran adalah nilai-nilai yang mendasarinya.   

Gemati
SDK Kenalan mengundang siapa saja menjadi orang tua asuh anak-anak petani dalam menempuh pendidikan dasar. Aksi ini disebut Gemati, Gerakan Mengasuh Anak Tani. Sikap belas kasih kita secara konkrit akan sangat membantu mereka mendapatkan layanan pendidikan yang manusiawi dan berkelanjutan.
  


Kontak  Penghubung Gemati:
1.       KeRAK Yogyakarta   : Maria Theresia Dewayani Retno Indarti, 
      HP: 081578838386

2.       SDK Kenalan: Yosef Onesimus Maryono,
       HP : 081578187074,
 






Sabtu, 17 Agustus 2013

GERANGGANG KEMERDEKAAN



Geranggang Kemerdekaan

Kita patut meneladani para pejuang yang tidak kenal menyerah untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka menggunakan senjata sederhana berupa geranggang  (bambu runcing). Demikian disampaikan oleh Eva Andarini (12) selaku presiden Republik Anak Kenalan (RAK) melalui pidatonya dalam upacara bendera untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-68 dan 6 tahun lahirnya RAK pada Sabtu (17/8) di halaman sekolah SD Kanisius Kenalan, Kenalan, Borobudur, Magelang.
Dalam upacara bendera itu, semua peserta membawa geranggang yang telah mereka siapkan sehari sebelumnya di rumah. Selain geranggang sebagai tanda khusus dalam peringatan ini, baju yang dikenakan adalah baju batik atau kebaya. Bahkan tidak sedikit siswa yang mengenakan sarung atau peci. Sejumlah 60 siswa, 6 guru, dan beberapa relawan sekolah penuh hikmat mengikuti upacara sederhana anak–anak  bukit Menoreh di perbatasan kabupaten Magelang dan Kulon Progo.
Geranggang sengaja diangkat dan dihadirkan dalam peringatan ini. Di samping untuk mengenalkan senjata tradisional kepada anak-anak, kita akan mengungkap nilai kesederhanaan dan semangat juang  rakyat  dalam membela bangsa Indonesia. Demikian dikatakan oleh Simus Maryono (37) salah satu guru SDK Kenlan. “Dari kata geranggang, dapat diurai kata gagah, berani, dan bangga sebagai anak bangsa Indonesia”, tegasnya.
Untuk memaknai kemerdekaan kali ini, selain mengangkat dan menghadirkan geranggang, siswa-siswi SD Kanisius Kenalan  juga melakukan aksi memunguti sampah anorganik (plastik, kain, kaca) di sepanjang jalan menuju ke sekolah. Mereka terbagi dalam 6 kelompok wilayah. Dari aksi sederhana ini terkumpulah tiga karung dan delapan  kantong plastik sampah.
Di tengah situasi bangsa saat ini, kita diajak untuk tetap gagah berani dan bangga menjadi warga Negara Indonesia. Dengan dasar itulah kita melakukan aksi nyata meskipun sederhana demi masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik.


Kang Simus,